Misteri Hantu Perkemahan
“Huhuhu...” Ayu segera terbangun dari tidurnya yang nyenyak ketika menyadari ada suara aneh yang berasal dari luar tendanya.
“Caca, kamu dengar suara itu, gak?” tanya Ayu pada Caca sambil menepuk bahu Caca.
“Apa, sih, Yu? Ini, kan, udah malam, lagian kamu ngapain, sih, belum tidur? Kurang kerjaan banget!” kata Caca dengan sebal.
“Ah, Caca bangun bentar, dong. Temenin aku ke toilet, dong. Kebelet, nih,” kata Ayu ngeles.
“Ah, ada-ada aja kamu ini. Nggak, ah. Ini, kan, udah malam,” tolak Caca.
“Ca, masak kamu mau temen kamu yang cantik, imut, lucu pula ini diculik?” kata Ayu merengek.
“Ah, kamu ini. Ya udah, deh. Yuk ke toilet,” kata Caca agak kesal. Ayu segera mengambil senter merahnya.
“Yess ! Rencana aku berhasil, aku pengin tau asal suara itu,” batin Ayu. Mereka pun berjalan beriringan menuju toilet, yang terletak di belakang perkemahan.
“Huhuhu...”
Tiba-tiba suara itu terdengar kembali. Kali ini Caca baru menyadari suara yang dimaksud Ayu tadi.
“Yu, mendingan kita balik aja, yuk! Serem tau, mana ini udah malam lagi,” kata Caca ketakutan.
“Hihihi... Caca penakut nih, yeee...” kata Ayu mengejek.
“Ih Ayu jahat,” kata Caca ngambek.
“Udah, ah, kalau kamu mau ke toilet, ke toilet ajah sendiri aku mau balik ke tenda,” kata Caca kesal.
Caca pun berjalan pergi, namun tiba-tiba terdengar suara dari semak-semak.
“Sruk..Sruk...” Caca segera berlari kembali menujuku. Kami berdua sama takut. Tetapi, hatiku berkata AKU HARUS MENYELIDIKINYA. Ibuku bilang aku harus menjadi anak yang pemberani, apalagi ayah pergi meninggalkan Ayu beserta ibu dan adiknya untuk selamanya ketika umur Ayu 5 tahun.
“Yu, ngapain kamu celingak-celinguk gitu? Kamu nyari apaan, sih?” kata Caca bingung.
“Ssst... kamu diam aja aku pengin nyelidikin suara yang tadi,” kata Ayu sedikit berbisik.
“Oh,” kata Caca. Ayu memberanikan diri untuk pergi mendekati semak-semak yang rimbun itu. Caca terlalu takut untuk ikut Ayu pergi mendekati semak-semak itu dan memilih menunggu didekat pos keamanan. Ayu sedikit gugup.
“Yu kamu yakin mau ke semak-semak itu?” tanya Caca dengan menanyakan kepastian Ayu.
“Yah yakinlah. Aku, kan, gak kayak kamu,” kata Ayu menyombongkan diri sambil mendekati semak-semak itu. Ayu menyorotkan senternya ke arah semak-semak itu ternyata tidak ada apa-apa. Ayu merasa gemetar, dan tanpa sadar menjatuhkan senter itu sewaktu Caca dengan tiba-tiba berteriak ketika melihat sesosok makhlu berjubah serba hitam.
“Maling...!” terdengar teriakan Caca. Ayu buru-buru menoleh. Hanya saja, ia masih berusaha mencari senternya yang jatuh tadi. Caca memejamkan matanya.
“Aku harus kuat!” ucapnya dalam hati. Caca segera berlari menuju si jubah hitam itu.
“Jangan lari kamu!” ujar Caca sambil berlari kencang. Namun sialnya, kakinya tersandung batu. Lututnya berdarah. Ternyata, Ayu sudah lebih dulu berada di dekat pohon. Ia sedang bersembunyi mencoba memeperangkap si hantu itu.
Tiba-tiba, hop! Hantu itu tertangkap. Ayu segera membuka jubah hantu itu dan ternyata itu adalah Pak Aris, penjaga perkemahan itu. Pak Aris mengaku, kalau ia ingin menarik perhatian pengunjung agar perkemahan ini kembali ramai. Namun ternyata usahanya digagalkan oleh Ayu dan Caca. Ayu sedih mendengarnya dan berjanji akan menolong Pak Aris dan tidak akan memberitahukan rahasia Pak Aris ke siapa-siapa.
Komentar
Posting Komentar